Research shows that the stronger our sense of belonging, the stronger our well-being.
adalah kalimat yang dijadikan highlight oleh google ketika saya mengetik "The Place Where You Were Belong Means". keyword ini saya ketik dilatarbelakangi oleh salah satu TikTok konten kreator yang bilang ada satu tempat yang dia kunjungi yang memiliki energi baik, membuat dia lebih bahagia dari tempat manapun yang pernah dia kunjungi. sebuah pulau kecil yang saat itu lagi mendung, jaraknya jauh dari tempat dia tinggal, dia sendirian pula. namun dia nggak peduli dengan kekhawatiran karena tempat tersebut membuat dia merasa baik-baik saja. and he conclude that those place is the place where he belongs to.
menurut dia the place where he were belongs to adalah tempat dia dia seharusnya, tempat dimana dia merasa nyaman, dan bisa jadi diri sendiri. karena nggak semua tempat bisa memberikan energi seperti itu ke diri dia.
trus saya mikir dong, ada ya tempat begitu ?
saya perbaiki pertanyaannya, adakah tempat seperti itu bagi saya ?
Honestly, I don't know. But it Might be Singapore.
let tell you about my very first overseas trip - to Singapore.
tahun 2014, abah saya ada perjalanan dinas ke Batam. umi saya tentu saja ikut. dan kebetulan bertepatan dengan libur kuliah. saya, Fatimah (saudara kembar saya) dan umi (yang menjemput kami) berangkat dari Surabaya menuju Batam (direct flight). di Bandara Hang Nadim Batam kita akan bertemu dengan abah yang berangkat langsung dari Balikpapan.
keluarga kami memilih LCC over the full service airlines karena kalau naik Garuda harus memutar dan transit cukup lama di Jakarta (seperti seluruh rombongan perjadin abah kala itu). dari sana selera penerbangan saya terbentuk : tidak apa apa harus naik LCC yang penting direct flight.
penerbangan selama tiga jam tanpa makan itu kami lalui dengan enjoy karena kami sudah full bawa makanan dari Surabaya juga berbagai film sudah saya dan Fatimah masukkan ke iPad jadul generasi 1 yang kami beli bekas di WTC Surabaya.
turns out ternyata itu adalah hack naik LCC : brings our own in-flight entertainment.
dan bawa makanan dari darat.
***
ketika saat mendarat sudah tiba - preparing for arrival selama 30 menit itu, it was the most changing moment of my life.
the weather is extremely good. pesawat sepertinya berada di atas langit Singapura. saya melihat bangunan ikonik MBS beserta Marina Bay Area dari udara. terasa sangat dekat, sangat modern, dan sangat menyilaukan bagi seorang remaja akhir berusia 21 tahun yang menghabiskan hidup di kota kecil bernama Bontang, lanjut sekolah di pedesaan Kabupaten Jombang, dan mengenal kehidupan kota besar Surabaya dua tahun terakhir.
it was surreal. bahkan kalau saya ingat ingat, setiap landing saya di Singapura nggak pernah dapat pemandangan seperti pemandangan 10 tahun lalu landing di Batam.
pesawat kemudian mendarat dengan mulus di Hang Nadim International Airport. saya turun dengan pengalaman baru, sebuah pengalaman yang menjadi titik awal komitmen saya untuk "membeli" pengalaman - pengalaman di masa depan.
my dream kind of property in Singapore - a lovely loft
kembali ke masa sekarang, 10 tahun kemudian. ternyata Singapura menjadi place where I belong. tempat dimana saya bisa menjadi diri saya sendiri. jalan kaki tanpa dikenali (sebagai personal maupun sebagai orang Indonesia) karena ntah kenapa orang selalu berpikir saya Singaporean setiap saya di Singapura. bisa rehat pikiran sejenak. menemukan teman senasib di area Singapore Business District (Raffles - Tanjong Pagar). makan tanpa pusing di Geylang Serai Food Market.
Singapura betul - betul menjadi sanctuary jiwa saya yang cinta aturan dan keteraturan. dimana hampir segala hal bisa dipercaya : it's fair and square. sangat sedikit ruang abu-abu. sehingga overthinking dan anxiety saya menemukan tempat cuti di sini. saya tidak harus khawatir dengan kedatangan moda transportasi yang ingkar janji. sekalipun ada keterlambatan, pasti ada logical explanation. yang jelas bukan saya yang disalahkan atau digaslighting. petugas menjawab pertanyaan saya dengan clear and straightforward sesuai point yang saya kejar. harga apapun predictable according to their place and classification. tidak ada cerita harga makanan di hawker sama dengan di restoran. jadi dari awal saya bisa set ekspektasi budget untuk setiap aktivitas selama di negeri Singa ini.
semua orang bilang Singapura mahal. tapi bagi saya, belum ada negara yang bisa memberikan ketenangan dan kepastian selain Singapura. harga hotel memang menjulang di sini. juga berbagai tiket masuk atraksi. namun hal itu tertutupi dengan harga makanan dan transportasi yang "bisa dikunci" serta mengunjungi atraksi wisata gratis yang tersebar di seantero Singapura.
ngomong - ngomong soal harga hotel, it's good kalau suatu hari nanti saya punya kesempatan nginep di hotel hotel heritage atau ikonik di Singapura. harga kamar yang tengah - tengah (bukan termurah) hotel - hotel tersebut masih di bawah 10 juta rupiah, ada yang di bawah 5 juta malah. saya percaya uang yang Saya bayarkan itu akan memberikan pengalaman yang semakin memperkaya cakrawala berpikir saya.
Singapura juga tidak sempurna. it's hard for senior citizen to living here despite all the tolerance by government (it's just my personal opinion). sulitnya memiliki aset di negara kota ini. capeknya jalan kaki (LOL) karena nggak semua tempat "sedekat" itu sama MRT Station dan Bus Stop. susah dan mahalnya food-delivery (yang nggak mungkin juga sampe tepat di depan unit-karena alasan privacy). banyaknya pengemis di area muslim.
Singapura membuat saya menemukan diri saya kembali. membuat saya merasa hidup saya baik-baik saja. meyakinkan diri saya bahwa saya tidak menjalani hidup yang salah.
maybe it's the definition of the place where you were belong ?
ada dua area yang saya suka di Singapura. Whampoa dan Geylang Serai (bukan Geylang Lor, it's two separated area). sama - sama harus mengandalkan bus. sama-sama tenang. dan warga lokal nya sama - sama welcoming.
kalau Whampoa saya suka akses lewat MRT Bugis, sementara Geylang Serai saya suka akses lewat MRT Eunos. meskipun harus naik bus lagi, tapi nggak jauh kok. jalan kaki nya yang depends hahahaha. tapi mungkin ini ajang latihan saya untuk lebih kuat jalan kaki.
well, terima kasih sudah membaca sampai di sini. tulisan ini merupakan manifestasi rasa kangen saya sama Singapura. intinya bagi saya, menjadi warga lokal, turis, atau bahkan Permanent Residence pun sama sama membahagiakan. selama itu di Singapura.
Oh God, I Miss Singapore So Bad ;(((
Bontang, 14 Februari 2024
Riffat Akhsan